Jumat, 07 September 2012

Ranah Sastra Bisa Berkontribusi Konkret

6 September 2012

Ranah sastra kini dipenuhi dengan kejutan. Pasalnya, ada banyak penulis sastra yang muncul tanpa diketahui rekam jejaknya terlebih dahulu. Akan tetapi, ini menggembirakan karena ukuran kesuksesan penulisnya tidak lagi terpusat pada ranah media arus utama. Wakil Pemimpin Redaksi Lampung Post Djadjat Sudradjat mengatakan itu saat membedah novel Semuda karya arsitek dan dosen di Universitas Bandar Lampung (UBL) Fritz Nuzir di Toko Buku Fajar Agung, Kamis (6/9/2012).

Djadjat mencontohkan, kemunculan Andrea Hirata, yang menulis Laskar Pelangi, bisa ditahbiskan sebagai bentuk konkret karya sastra, yang mengontribusi buat ranah pendidikan Tanah Air.

Ia mengemukakan, keberhasilan novel itu kemudian mengejawantah dalam bentuk kemajuan pendidikan di Belitung - tempat yang menjadi latar utama novel itu. Kesuksesan Laskar Pelangi kemudian menjadi oasis buat perbaikan mutu pendidikan di tanah Belitung.

Demikian pula dengan skop luar negeri yang pemimpin negara berasal dari ranah sastra. Ia mencontohkan, Vaclav Havel menjadi Presiden Ceko yang basis perjuangannya lewat menulis naskah dan prosa drama.

Djadjat menjelaskan, setiap penulis kini bisa mendistribusikan karyanya lewat banyak media sosial dan menerbitkan buku secara indie. Dan, beberapa di antaranya menuai kesuksesan. "Dengan maraknya media sosial, setiap orang bisa mengekspresikan karyanya tanpa terpasung pada pusat legitimasi media arus utama," ujar dia.

Djadjat menambahkan ranah sastra memiliki otoritasnya sendiri sehingga tidak bisa masuk dalam ranah penuntutan. Apalagi bentuk fiksi memungkinkan setiap sastrawan membuat karya yang bersinggungan dengan dunia nyata tanpa takut kehilangan sentuhan fakta yang terjadi.

Sementara itu, penulis novel Semuda, Fritz Nuzir, menjelaskan, novelnya lahir dari kumpulan cerpen yang ia buat selama rentang enam tahun. Ia kemudian "menjahitnya" dalam kerangka novel dengan tokoh utama bernama Muda. Fritz sekadar menyampaikan hal yang ia bisa ketengahkan ke hadirat khalayak pembaca. Namun, ia sepakat dengan ungkapan Djadjat soal karya yang tak mesti ukurannya dipublikasikan di media arus utama.
 
"Bahkan, ada cerpen dalam buku ini yang tidak dimuat di Lampung Post," ujarnya. Itu, kata dia, bukti kalau tak melulu sebuah karya yang baik mesti diekspos di media arus utama. Djadjat menutup jangan frustrasi untuk melahirkan sebuah karya karena kanal untuk menuju kesuksesan sangat banyak.

[]

Sumber :Lampung Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar