6 September 2012
Ranah sastra kini dipenuhi dengan kejutan.
Pasalnya, ada banyak penulis sastra yang muncul tanpa diketahui rekam
jejaknya terlebih dahulu. Akan tetapi, ini menggembirakan karena ukuran
kesuksesan penulisnya tidak lagi terpusat pada ranah media arus utama.
Wakil Pemimpin Redaksi Lampung Post Djadjat Sudradjat mengatakan itu saat membedah novel Semuda karya arsitek dan dosen di Universitas Bandar Lampung (UBL) Fritz Nuzir di Toko Buku Fajar Agung, Kamis (6/9/2012).
Djadjat mencontohkan, kemunculan Andrea Hirata, yang menulis Laskar Pelangi, bisa ditahbiskan sebagai bentuk konkret karya sastra, yang mengontribusi buat ranah pendidikan Tanah Air.
Ia
mengemukakan, keberhasilan novel itu kemudian mengejawantah dalam bentuk
kemajuan pendidikan di Belitung - tempat yang menjadi latar utama novel
itu. Kesuksesan Laskar Pelangi kemudian menjadi oasis buat perbaikan
mutu pendidikan di tanah Belitung.
Demikian
pula dengan skop luar negeri yang pemimpin negara berasal dari ranah
sastra. Ia mencontohkan, Vaclav Havel menjadi Presiden Ceko yang
basis perjuangannya lewat menulis naskah dan prosa drama.
Djadjat
menjelaskan, setiap penulis kini bisa mendistribusikan karyanya lewat
banyak media sosial dan menerbitkan buku secara indie. Dan, beberapa di
antaranya menuai kesuksesan. "Dengan maraknya media sosial, setiap orang
bisa mengekspresikan karyanya tanpa terpasung pada pusat legitimasi
media arus utama," ujar dia.
Djadjat
menambahkan ranah sastra memiliki otoritasnya sendiri sehingga tidak
bisa masuk dalam ranah penuntutan. Apalagi bentuk fiksi memungkinkan
setiap sastrawan membuat karya yang bersinggungan dengan dunia nyata
tanpa takut kehilangan sentuhan fakta yang terjadi.
Sementara
itu, penulis novel Semuda, Fritz Nuzir, menjelaskan, novelnya lahir dari
kumpulan cerpen yang ia buat selama rentang enam tahun. Ia kemudian
"menjahitnya" dalam kerangka novel dengan tokoh utama bernama Muda. Fritz
sekadar menyampaikan hal yang ia bisa ketengahkan ke hadirat khalayak
pembaca. Namun, ia sepakat dengan ungkapan Djadjat soal karya yang tak
mesti ukurannya dipublikasikan di media arus utama.
"Bahkan, ada cerpen dalam buku ini yang tidak dimuat di Lampung Post,"
ujarnya. Itu, kata dia, bukti kalau tak melulu sebuah karya yang baik
mesti diekspos di media arus utama. Djadjat menutup jangan frustrasi
untuk melahirkan sebuah karya karena kanal untuk menuju kesuksesan
sangat banyak.
[]
Sumber :Lampung Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar