16 Juli 2012
Penilaian
itu mengemuka dan menjadi benang merah, seperti disampaikan berbagai
kalangan di Bandarlampung, Senin, berkaitan dengan penerbitan sejumlah buku karya para penulis dari Lampung akhir-akhir ini yang semakin banyak bermunculan.
Pada Sabtu (14/7), dua buku baru karya penulis di Lampung secara bergantian diluncurkan dan dibedah bersama-sama.
Buku
karya Juniardi, Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung periode
2011-2014 berjudul "Hak Anda Mendapatkan Informasi" diluncurkan,
ditandai pembahasan oleh Heri Wardoyo, jurnalis Harian Umum Lampung Post
yang kini mencalonkan sebagai wakil bupati di Tulangbawang, Lampung.
Beberapa
jam kemudian, buku "Mamak Kenut Orang Lampung Punya Celoteh" karya Udo Z
Karzi (Zulkarnain Zubairi) juga diluncurkan, dibahas oleh dua sastrawan
dan seniman pegiat teater kondang asal Lampung, Iwan Nurdaya Djafar dan
Iswadi Pratama.
Menyusul kemudian peluncuran dan pembahasan buku
karya Oki Hajiansyah Wahab berjudul "Terasing di Negeri Sendiri" yang
menurut penulisnya, terinspirasi dari kenyataan sosial dan juga
pengalaman penulis selama membantu masyarakat Moro Moro, Register 45 di
Mesuji, Lampung.
Beberapa waktu sebelumnya, telah diluncurkan pula
buku "Menulis dengan Telinga" karya Adian Saputra yang merupakan buku
resep faktual untuk menjadi penulis profesional.
Menurut Sastrawan
Lampung, Iwan Nurdaya Djafar, tradisi menulis di Lampung saat ini
semakin tumbuh dengan baik dan diharapkan dapat kian banyak melahirkan
para penulis dari berbagai kalangan, tidak terbatas para jurnalis,
akademisi, sastrawan maupun seniman semata.
Padahal beberapa tahun
lalu, kata dia, nyaris tidak ada dan tidak dihitung keberadaan penulis
terkemuka dari Lampung, kecuali hanya segelintir orang saja.
"Sekarang,
makin banyak penulis lahir dari Lampung," ujar Iwan yang juga birokrat
di Pemerintah Kabupaten Lampung Timur itu pula.
Iswadi Pratama,
pegiat teater di Lampung, berpendapat bahwa tradisi menulis akan membuat
karya seseorang menjadi semakin berarti, tidak akan hilang dan
meninggalkan bekas jelas yang dapat dibaca orang lain.
"Tradisi menulis ini perlu ditumbuhkan terus, sehingga tidak ada yang hilang ketika seseorang sudah meninggal dunia," ujar dia.
Menurut
Pimpinan Harian Umum Lampung Post, Djadjat Sudradjat, tradisi menulis
di Lampung saat ini semakin baik dan tumbuh subur, diharapkan dapat
melahirkan banyak karya tulis berkualitas yang berguna untuk masyarakat
banyak.
ia berharap tradisi itu juga menumbuhkan pusat-pusat
kajian seni dan budaya maupun kajian kemasyarakatan lainnya, sehingga
tradisi intelektual di Lampung memberi warna dan memberi arti untuk
daerah dan masyarakatnya.
Oki Hajiansyah, penulis yang juga merintis usaha penerbitan di Lampung berpendapat, dengan membaca maka manusia akan menemukan harta berharga, minimal untuk dirinya sendiri.
Karena
itu, ujar mahasiswa pasca sarjana program doktoral ilmu hukum
Undip-Unila ini, pihaknya akan terus mendorong lahir penulis-penulis
berkualitas di Lampung serta mendorong para penulis yang sudah ada
menjadi semakin produktif berkarya.
Pimpinan Harian Umum Lampung
Ekspres Plus, Adolf Ayatullah Indrajaya, menyatakan tradisi menulis di
kalangan penulis di Lampung selain harus terus ditumbuhkan juga
diharapkan para penulisnya semakin meningkatkan kualitas karyanya.
"Pada
saatnya para penulis di Lampung dapat muncul di level nasional dan
tingkat yang lebih tinggi dari hasil karyanya yang dapat dinikmati
pembaca dimana-mana," ujar Adolf pula.
[]
Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar